Nama Diego Simeone masih lekat di hati Laziale. Hingga sembilan tahun lalu, sang gelandang bertahan Argentina masih memperkuat kubu Biancocelesti pada masa-masa kejayaan mereka.
Simeone membantu Lazio meraih berbagai gelar pada awal dekade 2000-an. Ia termasuk pula pemain yang paling berani menyerang kebijakan Sergio Cragnotti, presiden Lazio saat itu, yang hobi memecat pelatih hanya karena prestasi buruk.
Kini, Simeone datang ke Olimpico, kandang Lazio, bukan untuk beramah-tamah. Ia membawa pasukan Atletico Madrid —klub yang juga pernah dibelanya dalam catatan 19 tahun karier profesionalnya— untuk meraup kemenangan tandang. Dan memang inilah yang terjadi.
Laziale sempat tertawa riuh ketika Miroslav Klose mampu menjebol gawang Thibaut Courtois di menit 19. Klose datang untuk merebound tembakan jarak jauh Antonio Candreva yan gagal diamankan sang kiper muda Belgia.
Cuma butuh enam menit bagi Rojiblancos untuk menyamakan kedudukan. Adalah Adrian Lopez yang mencetak gol ini. Umpan silang Juanfran diteruskan Radamel Falcao yang memenangi duel udara dengan Giuseppe Biava. Bola mengarah pada Adrian yang melepaskan tendangan voli yang menaklukkan kiper Lazio, Federico Marchetti.
Atletico berbalik unggul di menit 37. Kali ini Falcao sang spesialis turnamen yang membuat Marchetti menyerah. Ia sukses memanfaatkan umpan maut Diego yang melewati tiga bek Lazio yang lengah.
Falcao kembali mencetak gol sekaligus mengunci kemenangan Rojiblancos di menit 63. Kali ini giliran Adrian yang menjadi penyuplai bola untuk sang penyerang Kolombia. Merusak sisi kiri pertahanan lawan, Adrian menyodorkan bola datar yang tinggal dieksekusi Falcao.
Kemenangan 1-3 ini membuat Atletico Madrid melayang. Setelah awal musim yang begitu menyakitkan bagi pendukung Rojiblancos, kini klub yang sudah menyodok posisi untuk Europa League musim depan, berpeluang untuk merampas gelar terlebih dahulu; sesuatu yang pernah dilakukan mereka pada tahun 2010.