Posted by : Unknown


Aku terbangun dari tidurku. Ku tertidur di samping batang pohon beringin yang teduh. Ku melihat di sekelilingku,hanya ada pepohonan dan semak belukar. “Apakah ini hutan?” Tanyaku heran. Peluh masih membasahi pakaianku. Ku melihat sekujur tubuhku dipenuhi luka. Pakaianku,yang lebih mirip kimono hitam,penuh dengan darah. Merasa diriku lemas. “Apa yang terjadi denganku? Siapa aku? Mengapa aku ada disini?” Dalam kebingunganku dan mengalami lupa ingatan.aku melihat sekilas pakaianku.  Kulihat di pakaianku terpampang nama “Rizuki”,dengan 4 kantong kecil berisi uang koin emas,dan 1 pedang serta 1 kunai terikat di pinggang.  Setidaknya ini cukup untuk mengingat sedikit diriku .“Aku harus berjalan. Aku tak mau mati disini,setidaknya aku menemukan desa atau rumah untuk tempat berlindung.” Lalu sembari ditopang dengan pedang yang masih bersarung,aku berjalan dengan terpincang dan kesakitan.
Hingga matahari bersinar kemerahan,aku terus berjalan. Hingga kutemukan sebuah desa kecil yang telah sepi dari aktivitasnya. Sunyi dan lengang Asap mulai mengepul dari cerobong asap. Lalu ku berhenti di depan sebuah rumah bercat merah bata. Namun,tiba-tiba tubuh terasa tak kuat lagi. Aku pun kemudian menuju teras rumahnya. Sembari ku mengetuk pintu dengan lemah. Dua kali mengetuk pintu,tak ada balasnya. Ku ingin mengetuknya lagi,namun apa daya aku merasa lemas. Lalu,ku mulai merasa kepala pusing dan mata berkunang-kunang. Entah apa yang terjadi,lalu mata ini dengan cepat terpejam dan tubuh langsung jatuh menghajar teras dengan keras hingga berdebum .
Pagi harinya,kesadaranku mulai pulih. Kulihat raga ini telah terbalutkan perban. Sekelilingku hanya terlihat lemari kecil,meja,kursi ,dan kasur tempatku berbaring saat ini. Pakaianku juga telah digantikan oleh kimono berwarna putih (meski sekilas kulihat kimono ini lebih mirip yukata perempuan) Kuingin mencoba mengangkat badan. Meski terasa sakit,namun kucoba tuk memosisikan duduk. Lalu kusandarkan badan dan kepala dengan dinding. “Ah,aku kira sudah mati sia-sia. Ternyata Ia masih memberiku hidup.” Gumamku.
Lalu pintu mulai terbuka perlahan. Kulihat ada 3 orang gadis cantik yang memasuki ruangan. 1 orang membawakan nampan dengan secangkir teh aroma melati (yang aromanya bisa membuatku tenang) dan semangkuk ramen. 2 orang sisanya pun nampak kaget. “Kakak,laki-laki tak dikenal itu sadar kak.” Ujar gadis kecil ,yang paling pendek . “Hus,kamu ini ! kan udah dibilangin kalau nama dia Rizuki. Sopan sedikit kenapa !.’ Bentak seorang perempuan yang paling tinggi badannya. “Ohayou Gozaimasu,rizuki. Gomen kalau mengganggu,perkenalkan namaku Ayana atau biasa dipanggil achan. Lalu ini kakak tertuaku,yang membawakan sarapan pagi untukmu. Namanya Haruka. Lalu gadis kecil ini namanya Nabilah. Salam kenal.” Ucap seorang gadis yang mungkin adalah anak kedua dari 3 bersaudara bernama Ayana. “Salam kenal juga,achan. Kalau boleh tahu saat ini saya ada di desa mana ya?” Tanyaku singkat. “Hmm,nama desa ini Sukuyomi. Desa ini berdiri sendiri dan tidak masuk wilayah kerajaan manapun. Kalau dari sini masih 50 kilometer ke selatan lagi kalau mau menuju pusat kota kerajaan Cheng. Sebagai tambahan sebenarnya ini desa juga merupakan daerah perbatasan. Desa ini juga berjarak 50 kilometer dengan kerajaan Tian Jin di sebelah utara,55 kilometer di sebelah barat dengan kerajaan Masaomi,dan 60 kilometer dari kerajaan Gleyser di sebelah timur.” Kata ayana yang bisa menjelaskan dengan rinci posisi desanya. Aku cukup terkagum dengan penjelasannya. “Namun,sayangnya,kami mendengar kabar bahwa kerajaan Cheng sedang mengalami kekalahan dalam perang melawan kerajaan Gleyser yang bersekutu dengan Masaomi.” Ucap haruka. “Apa maksud kamu,haruka?” tanyaku heran. Namun entah mengapa ada tekanan batin untuk menyelamatkan kerajaan Cheng. “Apakah raja dan keluarganya selamat?” tanyaku lagi.”Kabar burung menyebut sang raja bernama Cheng yang memimpin perang,meninggal ditebas sang raja Gleyser,Drackonice. Ada yang menyebut kini kerajaan Cheng sedang diinvasi oleh Gleyser dan Masaomi.” Ucap Haruka. Aku pun merasa sedih mendengar kabar itu,namun aku tak bisa berbuat apapun. “Oh ya,ngomong-ngomong kak Rizuki berasal dari desa mana?” Ucap Nabilah. Aku hanya bisa terdiam mendengar pertanyaannya. Aku tak ingat asalku dari mana. “Kak Rizuki,jawab dong !” rengek nabilah. “Nabilah,mungkin kak Rizuki sedang kehilangan ingatannya atau amnesia. Jadi jangan banyak tanya deh.” Ucap ayana. “Tapi,kalau dia memang amnesia,kenapa dia bisa tahu namanya sendiri?” Ucap nabilah yang terus mengejar dan mencerca berbagai pertanyaan “Nabilah,kasian kak Rizuki . Dia baru pulih dari sakitnya. Mending biarkan dia beristirahat. Sini kakak akan nemenin kamu sekolah. Ntar telat loh.” Ucap Haruka. Lalu Haruka dan Nabilah meninggalkan ruang kamar. Kini tinggal aku dan achan.  “Mohon maaf ya atas kelancangan nabilah,dia orangnya sering gitu.” “Ah,gapapa kok achan. Tapi memang sebenarnya aku tak tahu asalku darimana. Terus aku sebenarnya juga tak tahu namaku. Aku hanya tahu yang terpampang di kimono itu.” Ucapku lemah. “Bolehkah aku tinggal disini untuk beberapa waktu hingga aku dapat mengenal diriku seperti sedia kala?” Tanyaku sembari meminta ijin untuk tinggal. “Oh tidak apa-apa kok. Kami justru senang ada yang bersedia tinggal di rumah sederhana ini. Semenjak orang tua kami meninggal,kami hidup sebatang kara disini. Kami juga merasa tak ada yang melindungi karena kami perempuan lemah.” Ucap ayana disertai sedikit menangis haru. “Owh turut berduka cita atas kematian orang tuamu. Eh kamu tidak pergi ke sekolah? Nanti kamu telat.” “Oh ya aku baru ingat.” “Biar aku temenin kamu pergi ke sekolah,achan.” “Tapi kamu kan belum pulih total.” Tahan ayana. “Ah tidak apa-apa. Ini sudah sembuh kok. Nanti sekalian aku jemput haruka.  ” sembari kuikatkan pedang di pinggang. Ayana pun heran. “Kak Rizuki,kok bawa pedang? Kan Cuma nganterin aku.” “Entah mengapa,pedang ini sudah menjadi separuh jiwaku. Jadi aku bawa saja,sekalian kalau ada ancaman kan bisa melindungi diri.” Lalu aku mengantar ayana ke sekolahnya
Sesampainya di sekolah ayana,aku pun lalu mengucapkan selamat tinggal kepada Ayana,dan pergi menjemput Haruka yang berada di sekolah Nabilah. Sekolah Ayana dan Nabilah berdekatan. Hanya 500 meter.  Haruka pun terkaget ketika  ia melihat diriku bisa berjalan. “Loh,bukannya istirahat,malah jalan-jalan.” Kesal haruka. “Ah tidak apa-apa kok. Aku juga butuh refreshing. Boring di rumah.” “Ah baru aja satu hari dirumah. Ayo kita pulang” ajak haruka.
Ketika aku dan haruka melewati jalan setapak yang ditemani lebatnya bambu dan rumput ilalang yang tumbuh subur,kudengar ada jeritan orang meminta tolong “Tolooooonngg,siapun tolong kami.” Suara seorang perempuan. “Haruka,aku akan menolongnya.” “Hei aku ikut,Rizuki.” Ketika kudatangin,kulihat seorang perempuan yang memegangi seorang lelaki yang terluka parah  akibat tebasan pedang. “Tolooongg” jerit perempuan sambil menangis. “Hei Gadis,tak usah kau meminta tolong segala.  Lebih baik puaskan kami agar nyawa kau selamat. Lagian cowok kau itu juga takkan dapat puaskan kau yang bertubuh semok.   ! Ucap seorang bandit yang ditemani 5 kawannya dan 10 anak buah . Mereka berbaju dan bercelana hitam. 10 orang anak buahnya memakai cadar. “Hentikan ! tak usah kau menyakiti perempuan yang lemah ini. Kalian bagai binatang jalang ,mau memperkosa seorang gadis.” Ucapku dengan keras. “Dasar kampret ! Berani sekali kau mengatai kami binatang jalang ! Dia yang meminta juga untuk dipuaskan kemaluannya hahaha ! mereka tertawa ringan. “Bohong ! Tolonglah aku,lelaki tak dikenal. Aku tak kenal dengan mereka. Aku dan saudara lelakiku,rizal, dicegat mereka. “ Ucap Perempuan itu. “Owh jadi kau,gadis, tak kenal kami? Kami adalah The banditers,kelompok besar penjahat. Ada 10 kelompok kecil. Kami akan merampok,mencuri,membunuh,dan memperkosa gadis cantik disini. Aku adalah kapten kelompok 10,namaku Airlangga. Lima temanku yang lain adalah Surya,Rangga,Airlangga,Jati,dan Ogi.” Ucap ketua mereka “owh , sebenarnya aku tak butuh nama kalian,karena kalian pasti mati wahai binatang jalang. Tapi untuk menjaga sopan santun biarlah kuperkenalkan diriku dengan singkat. Namaku adalah Rizuki.” Ucapku ringan. Namun entah mengapa kulihat beberapa dari mereka terlihat tegang raut mukanya. “Bos Airlangga,masa ini Rizuki,yang seorang pendekar pedang dan wakil komandan angkatan perang batalyon 1 kerajaan Cheng ?” bisik Ogi. “Kalau dilihat-dilihat mirip sih. Ah tapi sudahlah,tak usah dipikir.” Bisik airlangga kepada ogi. “Aku,teman-temanku,dan anak buahku akan mengalahkanmu disini. Jikalau berhasil mengalahkanmu,aku akan mendapatkan dua gadis sekaligus. hahahah” . “Haruka,bawa lari perempuan itu dan saudara lelakinya dan menjauhlah dari sini.” “Kami tak akan membiarkan dua perempuan itu kabur. Serang !!” Ucap Airlangga.  10 anak buahnya yang bercadar pun langsung mencoba mengepungku. kumulai mengerahkan tenaga dalamku.  Kuarahkan tanganku  ke arah mereka. Dan tiba-tiba angin dahsyat keluar dari tanganku langsung menghajar semua anak buahnya. Mereka jauh terlempar. Airlangga dan 5 kawannya pun kaget. “Hei anak buah cepat bangun ! dasar lemah !” Bentak sang kapten. Semua anak buahnya pun bangkit berdiri dan kembali mencoba menyerangku. Kukeluarkan pedang dari sarungnya. “Haruka saatnya dirimu kabur !” tanpa basa basi,haruka menuruti permintaanku.
Kuterobos semua anak buah sang kapten 10. Anak buahnya yang pertama mencoba menghadangku dengan dua kunai. Dia mengincar jantung dan leherku,namun dengan mudah ku berkelit,dan kukirim tebasan ke arah perutnya. Dia tewas terkapar dengan perut terbuka. Lalu kudatangi anak buahnya yang kedua dan ketiga yang mencoba menewaskanku dengan gada dan pedang. Ku menghindar,lalu kutusukkan pedangku ke punggung sang pemegang gada yang lemah dengan pertahanannya,dan kutendang keras kepala sang pemegang pedang. Dua orang kembali menjadi tumbal. Sisa anak buahnya pun keder. Namun ada 3 anak buahnya yang mencoba melawanku dengan serangan jarak jauh. Mereka menghujaniku dengan ribuan shuriken. Ku merasa terkepung. Namun dengan santai kupasang kuda-kuda dengan tetap memegang pedang. “Hujaman Badai Pedang” kuucap mantra. Seketika,ribuan shuriken yang tadinya menyerangku,malah berbalik menyerang seluruh anak buahnya. Mereka tewas seketika. “Sialan,biar aku yang menghadapinya. Kalian,kawanku berlima pulanglah dan laporkan ke bos besar.” Ujar Airlangga. Mereka berlima pun kabur.
Pertandingan antara aku dan Airlangga pun dimulai. “Hujan Bola Api.” Ia melompat tinggi,dan membuat segel tangan. Lalu,muncullah ribuan bola api laksana meteor turun dari langit. Aku pun terkelilingi api dan akan membakar diriku. “Perisai Kehidupan” Ucapku lemah. Diriku terbebas dari bakaran api yang mungkin bisa menjadikanku abu. “Cih hebat juga bisa menghindari serangan terhebatku. ! kita akan berduel pedang ” dia keluarkan 2 pedangnya. Kembali kami pun bertarung sengit. Aku pun dipaksa bertahan mati-matian menghadapinya yang bagai banteng terluka. Terus berkelit dan menghindar. “Hanya inikah kemampuan seorang pendekar pedang yang jua wakil komandan batalyon perang kerajaan Cheng ?  benar-benar cupu.” Aku tak tahu omongan yang ia maksud. Apa benar aku seorang komandan batalyon perang? Hampir saja leherku tergorok akibat memikirkannya. Aku pun meloncat sembari menghindar. Namun sayang,lenganku tergores oleh pedangnya
“Hahaha,benar-benar lemah kamu. Akan kubasmi kau dengan serangan pamungkasku !” Congkak Airlangga. “20 Tusukan Dewa Kematian” Ia pun melepas ke dua pedangnya. Namun ajaibnya,kedua pedangnya  tidak jatuh,melainkan terbang melayang. Dua pedang itu lalu membentuk 20 pedang. “Aku yakin kau takkan bisa menghindar dari kematian. Enyahlah ! Habisi dia,pedang kesayanganku.” Kusudah bersiap memasang kuda-kuda,namun aku tak yakin bisa mengatasi serangannya. 20 pedang dengan melesat menyerangku. Lalu ku mulai memejamkan mata.
Saat ku memejamkan mata,ak mendengar Sang kapten musuh pun menjerit “awh,silau. Serangan cahaya apa ini?” Ia melihat diriku penuh cahaya sekian detik. Setelah cahaya itu hilang,barulah ia tersadar bahwa serangannya dapat dimentahkan. “Owh tidak. Dua pedangku  !” Kulihat  kedua pedangnya hancur berkeping-keping. “Maaf,inikah yang kau sebut jurus pamungkas dan terhebatmu? Sudah kutunjukkan jurus terhebat sepanjang masa yang disebut *Cahaya Pedang Kehancuran* yang diajarkan oleh pendekar pedang legenda,Kenshin Himura. Akan kuakhiri dengan satu seranganku.” Aku pun langsung menerjang tubuhnya dengan cepat,dan lututku menghajar perutnya. “Uaaarrrrgghh”. Ia jatuh bergulingkan tanah. Lalu aku mencoba menusukkan pedangku ke lehernya. “Tidaaaaaaaakkkk” Raut wajahnya ketakutan. Namun sayang,aku tidak membunuhnya.  Aku hujamkan pedangku ke tanah di sebelah lehernya“Eh ? kenapa kau tidak membunuhku?” Ia terheran saat ia sadar ia masih diberi kehidupan. “Pergilah,penjahat teri. Aku ingin menghajar bos besarmu itu .” Tanpa ba bi bu,ia pun langsung lari terbirit birit menuju markas besarnya.
Kusarungkan pedangku,lalu kutemui Haruka. Haruka dan perempuan itu bersembunyi di balik semak-semak . “Kamu tidak apa-apa Haruka?” “Aku tidak apa-apa,tapi lelaki ini butuh pertolongan.” Ucap haruka. “A... ku tak pe...rlu dito..long. Untuk ka...mu,te...rima kasih telah men...jaga,me..lin..du..ngi,dan menye..la..mat..kan...  kakakku,Nathania. To...long ra...wat... dia.” Ucap rizal,adik lelaki perempuan itu,yang bernama Nathania. “Rizal,kau tidak boleh mati ! Rizal,jangan tinggalkan kakak sendirian. Rizaaaaaaaalll.” Teriak Nathania. Rizal pun harus meregang nyawa. Nathania menjerit,dan menangis,tak terima adiknya meninggal,ia kini sebatang kara. Ia pun memeluk diriku. “Wahai penyelamatku,jagalah diriku yang lemah ini. Aku tak punya siapa-siapa didunia ini.” Ucap Nathania parau. “Baiklah. Sebenarnya aku juga adalah manusia sebatang kara. Juga Haruka dan yang lainnya. Namun,Aku dan Haruka akan merawatmu sebaik-baiknya” Ucapku pelan.
Lalu aku dan Haruka membawanya pulang ke rumah.
=================================Bersambung ke Part 2 ===============================

{ 4 komentar... read them below or Comment }

Satu komentar anda sangat berarti bagi kelangsungan blog ini. Semoga mengena ya dengan puisinya

- Copyright © 2013 Spirit and Confidence - Shingeki No Kyojin - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -