Posted by : Unknown
Sentuhan magis Jose Mourinho kembali terbukti. Pada tahun pertamanya membesut Real Madrid, tactician asal Portugal merengkuh juara Copa del Rey. Rekornya yang selalu meraih gelar di musim pertama sebagai pelatih pun terus terjaga.
Bukan hanya itu, kemenangan atas Barcelona 1-0 (0-0) melalui babak perpanjangan waktu pada final Copa del Rey di Mestalla, markas Valencia, membuatnya mengakhiri rekor tidak pernah menang Real di el clasico sejak 2008.
Bukti bahwa Mourinho selalu mampu mematahkan tabu, seperti yang dia lakukan ketika melatih FC Porto, Chelsea, maupun Inter Milan. Di Copa del Rey, sudah 18 tahun Real selalu gagal. Mereka juga sudah tiga musim puasa gelar di semua ajang.
Namun, gol sundulan winger Real asal Portugal Cristiano Ronaldo di menit ke-103 membawa Mourinho pada gelar pertamanya. Dia juga menjadi pelatih yang mampu meraih piala di empat negara berbeda yakni di Portugal, Inggris, Italia, dan Spanyol.
“Memenangkan gelar selalu menyenangkan. Saya selalu melakukan yang terbaik yang mungkin dilakukan. Saya lelah, tapi bahagia. Saya harus mengeluarkan semua kemampuan saya dan akan melanjutkannya,” ungkap Mourinho.
Melawan Barca, Mourinho melakukan beberapa perubahan. Dia harus mengubah ke pola 4-3-3 dengan menempatkan tiga gelandang bertahan di lini tengah, yakni Sami Khedira, Pepe, dan Xabi Alonso. Ternyata, strategi itu sukses membungkam lini tengah Barca.
Faktanya, sepanjang babak pertama sama sekali tidak ada tembakan ke arah gawang Real yang dijaga kiper Iker Casillas. Justru Real yang lebih mengandalkan serangan balik punya tiga peluang emas dari sundulan Pepe dan sepakan Ronaldo.
Kemenangan itu juga membungkam pengkritik Mourinho. “Beberapa hari lalu adalah yang mengatakan bahwa saya pelatih yang memenangkan gelar tapi bukan sepak bola. Terima kasih, saya senang menjadi pelatih yang memenangkan gelar,” jelas Mourinho.
Sepanjang karirnya, pelatih yang menyebut dirinya The Special One itu telah merebut 15 gelar. Yang paling bergengsi tentulah dua kali juara di Liga Champions ketika melatih FC Porto pada 2004 dan Inter Milan pada musim lalu.
“Gelar ini bukan hanya punya saya, ini punya semua. Setelah sangat lama tidak menjuarai Copa del Rey, ini sangat menyenangkan. Tak ada yang bisa dilakukan gelar, hanya untuk mengubah struktur dan cara klub bekerja, agar punya mental juara,” ujar Mourinho.
Dari kubu Barca, entrenador Josep Guardiola mengakui bahwa skuad asuhannya tidak bermain seperti biasanya. ?Kami sulit mengontrol laga dan seringkali kehilangan bola. Real memang tampil baik pada babak pertama,? jelas Guardiola.
Berbeda dengan sang pelatih yang mengakui sisi lemah timnya pada laga kemarin dini hari, gelandang kreatif Barca Xavi Hernandez bersikap dingin. “Itu bukan prioritas utama, masih ada dua prioritas lainnya yang jauh lebih penting,” kata Xavi.
Ya, setelah final Copa del Rey, masih ada dua partai el clasico lagi yang harus dilakoni, yakni di semifinal Liga Champions pada 27 April dan 4 Mei nanti. “Tak butuh penjelasan. Inilah sepak bola. Yang penting belajar dari kekalahan ini,” kata Sergio Busquets, gelandang Barca.
Mereka juga berharap sang kapten Carles Puyol bisa dimainkan pada semifinal Liga Champions. Tanpa Puyol di laga kemarin dini hari membuat pertahanan Barca kurang kokoh. Akibatnya beberapa kali Ronaldo sempat membahayakan gawang Barca.