Posted by : Unknown

Peperangan antara Athena melawan Kronos sudah berlangsung selama tiga hari. Kronos, yang dibantu Gaia, Minos, serta para Demigod dan Hobgoblin. Mereka sudah mengepung tiga kuil utama milik Athena, diantaranya Hephaestus, Poseidon, dan Zeus. Untuk membasmi mereka, kami para dua belas saint tangguh ditugaskan untuk mencegah mereka di kuil utama.
Aku, bersama saint Capricorn, Pisces, Aries, dan para prajurit ditugaskan untuk mencegah pasukan Kronos memasuki kuil Poseidon. Perlawanan sengit kami berikan, hingga titik darah penghabisan.
“Seraaaangggg!!”
Kronos dan Capricorn mengeraskan suara mereka, memberi komando kepada prajuritnya, untuk saling menghabisi. Adu pedang pun terjadi diantara para prajurit. Beribu panah dan tombak terlempar di udara, mencari mangsa. Meski kami kalah jumlah, namun semangat kami demi Athena takkan memudar.
Pygmachía págou!” aku pun mengepalkan tinju ke arah beberapa demigod yang mencoba mengepungku. Dari tinjuku, keluarlah tenaga astral, yang kemudian membekukan mereka. Tak lama kemudian, mereka pun hancur berkeping-keping. Dua demigod yang tersisa, kutendang mereka tepat di kepala. Membuat mereka terkapar seketika. Setelah pertarungan pertama usai, kulihat Pisces bertarung sengit dengan para Hobgoblin. Ia terlihat kewalahan.
“Neró Thánatos!”  tenaga astral yang ia keluarkan berubah menjadi air bah, menghanyutkan semua Hobgoblin. Di saat yang bersamaan, tanpa ia sadari seorang demigod mencoba menusuknya dengan belati. Aku segera berlari, dan memukul sang demigod.
“Terima kasih telah menolongku, Aquarius. Tapi, engkau tahu sendiri kalau belati biasa takkan bisa membunuhku. “ sindirnya.
“Tak usah sungkan, Pisces. Aku tahu engkau pasti membutuhkanku. “ balasku, dengan nada sedikit mengejeknya.
Tak lama, beberapa prajurit Athena pun datang mengelilingi kami, mencoba melindungi dari serangan musuh.
“Apa kau tak apa, tuan saint Aquarius dan saint Pisces? Kami mengkhawatirkan kalian.“ ujar Andromeda, salah satu ajudanku. Ajudan yang menurutku luar biasa cantik, dengan wajah dan mata bulat, serta berkulit putih mulus.
 “Kami berdua tak terluka sedikitpun, Andromeda.” Ujarku, sembari mengelus rambut dan mengusap pipinya.
“Lebih baik kita menyusul Capricorn dan Aries. Mereka pasti sudah berusaha ke tempat Kronos berada.” Balas Pisces, yang mengusik keberadaanku dan Andromeda. Aku pun segera beranjak dari tempatku berdiri, lalu berlari menuju tempat Capricorn dan Aries. Pisces, Andromeda, dan lainnya mengikutiku.
Kami terus berlari, menerobos pepohonan, menghindari ribuan panah yang datang silih berganti. Para demigod dan hobgoblin yang mencoba menghalangi, kami hancurkan.
bála neró!” Pisces mengeluarkan tenaga astral dari mulutnya, menghasilkan bola-bola air yang mementalkan demigod.
Ánemos kófti̱ Psychí̱!” kukeluarkan tenaga astral, hingga berubah menjadi angin badai. Badai tersebut sangat cepat, hingga beberapa tubuh hobgoblin terbelah menjadi banyak bagian kecil.
Pada akhirnya, kami sampai di padang rumput yang luas. Hujan tak menghalangi langkah. Kami seakan menangis tatkala melihat para prajurit Athena banyak yang terluka dan tewas. Yang tersisa tinggallah Capricorn dan Aries yang masih bisa berdiri tegak, melawan Kronos yang kini berubah menjadi raksasa setinggi tiga meter. Terlihat olehku, beberapa prajurit yang terluka parah seperti Perseus, Penelope, Orion, Jason, dan Hektor, yang dahulu juga adalah teman seangkatan saat masih di akademi. Mereka berlima ditambah Januar, yang kini berhadapan dengan Kronos, adalah sahabatku. Hanya aku dan Januar yang terpilih menjadi dua belas saint Athena. Aku mendapat gelar saint Aquarius, sedangkan ia mendapatkan Capricorn.
“Januar, bagaimana kondisi saat ini?” tanyaku kepadanya. Guratan lelah dan butir keringat terlihat dari wajahnya. Armor yang ia kenakan pun banyak terkoyak dan penyok sana-sini. Senasib dengan Aries, yang kini terduduk lemas, ditemani oleh Andromeda dan Pisces.
“Buruk sekali. Ia terlalu kuat. Aku tak yakin kita berempat bisa mengalahkannya, Februarius.”
“Tapi mengapa ia bisa menjadi raksasa?” aku pun masih terheran-heran dengan kehebatan seorang Kronos, yang saat ini sedang meraung-raung, mencoba merangsek maju menuju kuil. Pertanyaanku tak digubris olehnya. Ia hanya bisa bergeming. Menatap matanya seolah ia telah mengalami kekalahan pahit. Lautan putus asa dan ketakutan menghampiri dia.
“Januar, aku yakin kita bisa mengalahkannya. Athena pasti akan membantu kita.” Aku mencoba memberinya semangat. Namun, semangatnya telah hancur. Sama seperti para prajurit yang terluka itu.
“Pisces, sembuhkan Aries dengan tenaga pemulihanmu. Andromeda dan para prajurit yang masih bisa berdiri, lindungi mereka yang terluka dari para demigod dan Hobgoblin yang menyerang tiba-tiba.” Aku segera mengambil alih komando pasukan. Mereka pun sigap, mematuhiku.
““Pygmachía págou!kuarahkan tenaga astralku yang berupa es, mencoba membekukan kaki kiri Kronos. Cara tersebut tak berhasil. Es terlalu cepat mencair.
“Bagaimana bisa?” aku kaget ketika jurusku tak berhasil. Kronos itu melihatku, lalu melancarkan jurusnya, berupa bola hitam, yang bisa meledak saat tersentuh. Aku berhasil menghindarinya, membuat bola tersebut menyentuh tanah. Tapi angin ledakan tersebut mengenai Januar, membuat ia terpental.
“Sial! Mengapa Januar tak menghindar?” aku pun bergegas, lalu menggendong Januar, yang terlihat lesu, dan memindahkannya ke tempat yang cukup jauh dari jangkauan sang raksasa.
“Januar, ini seperti bukan dirimu yang sebenarnya.”
“Maafkan aku, Februarius. Tenaga astralku tersisa sedikit.” Aku yang gemas melihat tingkahnya, segera menampar wajah Januar.
“Januar!! Kemana kepercayaan dirimu dan semangat pantang menyerah yang sangat tangguh itu? Apa kau tak ingat saat engkau bisa mengalahkan saint Leo, yang terpaksa harus menelan ludahnya sendiri akibat kesombongannya sendiri, yang mengaku terkuat diantara kita, para saint? Ataukah saat kita bisa menaklukkan Hades dan para pengikutnya ketika mereka mencoba menyerang kuil milik Apollo, saudara Athena? Dua kejadian itu sangat mirip dengan saat ini, dimana tenaga astral yang kita miliki tinggal sedikit. Tapi, semangatmu terus berkobar. Bahkan, para prajurit selalu membela dan mengikutimu, seperti engkau seorang pemimpin mereka, melebihi Athena!”
“Februarius, maafkan aku karena selama ini membohongimu. Semangat yang terus kuletupkan itu hanyalah sebagai penutup rasa takutku akan kematian. Leo dan Hades sama seperti kita, para manusia yang bisa mati. Tapi Kronos? Ia hidup abadi! Kuserang ia berkali-kali, ia malah semakin menjadi-jadi. Bahkan kini ia berwujud raksasa! Bagaimana kita akan mengalahkannya?!” ocehannya hanya menambahkan rasa maluku, tatkala aku terus mengagumi dia sebagai teman dan sahabat. Sementara Kronos sendiri mengamuk. Tak peduli Demigod, Hobgoblin, ataupun prajurit Athena, ia injak dan hancurkan. Terlihat Aries yang mulai pulih, dibantu Pisces, mencoba menahannya, sembari menyelamatkan Andromeda dan para prajurit yang tersisa.
“Dengarkan aku, Januar. Apa kau tahu Tombak Sanctuary?”
“Tombak Sanctuary? Bukankah itu hanya legenda?”
“Tidak. Athena memang memilikinya. Tombak itu pernah digunakan untuk menaklukkan Titan, saudara Kronos. Aku telah diberitahu oleh Athena bahwa tombak tersebut bisa membunuh Kronos, dengan menusuknya tepat di jantungnya.”
“Tapi, tak mungkin Athena akan kesini dengan membawa tombak tersebut, Februarius.”
Dengan astralku yang tersisa, kukeluarkan tombak tersebut. Tombak yang indah dan besar, seukuran dengan tongkat Zeus dan Poseidon.
“Athena menitipkannya kepadaku, Januar.”
Tombak bermatakan berlian dan bergagangkan perak, yang telah dialiri darah Titan dan doa oleh Athena. Januar terpukau dengan tombak tersebut. Tombak itu pula yang membuat harapannya kembali. harapan untuk menaklukkan Kronos.
“Aku akan menjadi pengalih perhatian. Februarius, kau fokus ke jantung Kronos.”
“Yah, itu baru sahabatku.”
Kami berdua lalu melancarkan serangan. Januar berlari menuju Kronos.
chília bullet trén!” tenaga astral milik Capricorn pun bergejolak, mengeluarkan ribuan bunga api sebesar meteor. Api-api tersebut mengganggu Kronos, yang memakai lengannya untuk menghalau serangan. Disaat yang bersamaan, kupijakkan langkahku ke lutut kanan Kronos, lalu berpindah ke perutnya, sebelum aku berhasil berada di dada sang raksasa. Saat Kronos membuka lengannya, ia terlambat menyadari bahwa aku telah menancapkan tombak tersebut.
“Hooaarrrggggh!!!” raungan sang raksasa menyeruak ketika mata tombak mulai menembus kulitnya. Sekuat tenaga kumasukkan ke dalam raga Kronos. Hingga dapat menusuk tepat di jantungnya. Tatkala daging didalam telah robek, mematahkan tulang rusuknya, dan menancap di jantung, serangan terakhir sang raksasa ia lancarkan secara cepat. Dari mulutnya keluar sinar berwarna merah kehitaman. Terlihat sinar tersebut sangat panas, melebihi cuaca di sekitar gunung berapi saat meletus. Sinar tersebut mengarah ke Pisces dan rombongan.
“Pisces!!! Aries!!! Cepat lari!!” teriakku. Tapi sinar itu dapat mengejar langkah mereka.
“Tidaaaakkk!!!”
Disaat yang bersamaan, aku dan Kronos pun roboh. Sekejap mata kulihat sinar kemerahan itu beradukan dengan nyala api yang membara kuat. Sinar tersebut akhirnya lenyap, bersamaan dengan api tersebut.
“Api itu …. Jangan-jangan ….”
Dengan sisa tenaga yang kupunya, Aku segera bangkit untuk menghampiri Pisces dan rombongan. Kulihat Pisces berusaha memulihkan pengendali api itu. Sedangkan Aries, Andromeda, dan prajurit yang tersisa hanya bisa bersedih. Di saat itu pula, kulihat Armor kuning keemasan berbentuk layaknya wujud Capricorn yang sebenarnya, setengah kambing bertanduk dengan berekor layaknya ikan.
“Januar, mengapa engkau mengorbankan nyawamu sendiri?” aku merasa kecewa tak bisa menyelamatkan salah seorang sahabatku. Aku tak mau lagi kehilangan teman dan sahabat.
“Februarius, tak usah kau bersedih. Ini memang kemauanku. Kau berhasil sobat.” Kata-katanya seolah membuatku hancur. Air mata pun meleleh dari pelupuk mata.
“Februarius, mungkin ini saatnya aku akan gugur sebagai seorang pahlawan. Pisces, tolong hentikan pemulihanmu.”
“Tidak! Kamu harus kuat!”
Sayang, Pisces menghentikan pemulihannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, tak bisa menahan kesedihannya lagi.
“Februarius, ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepadamu.”
“Sampaikanlah, Januar.”
“Aku akan menitipkan saudariku, Eirene, untuk menjadi istrimu. Ia sangat mencintaimu, melebih cintanya kepada seorang kakak sepertiku. Aku kakak yang payah.”
“Tidak, Januar. Kamu saint terhebat yang dimiliki Athena.” Itulah kata-kata yang bisa kusampaikan kepadanya, beberapa saat sebelum ajal menjemputnya. Ia pun tersenyum sembari memejamkan mata untuk selamanya. Hujan pun berhenti, disertai kemunculan pelangi yang mengiringi kematiannya.
Setelah Kronos dan pengikutnya dimusnahkan, Athena pun mengadakan prosesi penghormatan dan pemakaman terhadap seluruh prajurit yang tewas.
“Kunyatakan rasa dukaku terhadap salah seorang saint pemberani, Januar, yang dianugerahi kekuatan Capricorn. Dan untuk memperingatinya, hari ini kutetapkan sebagai hari Pelangi Januari.” Ujar Athena. 

{ 5 komentar... read them below or Comment }

  1. nb :
    Pygmachía págou! : tinju es
    Neró Thánatos! : air kematian
    bála neró! : bola air
    Ánemos kófti̱ Psychí̱! : Angin Penyayat Jiwa
    chília bullet trén! : Ribuan peluru api


    BalasHapus
  2. Lumayan menarik Ceritanya^^ semoga menang ya^^

    #ViperGoy Blog

    BalasHapus
  3. Cukup menarik cerpennya, ini masih dilanjutkan ?

    BalasHapus
  4. Idenya menarik, kisah cinta yg mengangkat tema Yunani gitu yak,, kalo dari uniknya gw yakin ini salah satu cerita yg unik. :)

    BalasHapus
  5. Kereeeennn, ada lanjutan-nya lagi gak, oh ya ini ambil "sampel" dari Saint Seiya ya.. ? QQ

    BalasHapus

Satu komentar anda sangat berarti bagi kelangsungan blog ini. Semoga mengena ya dengan puisinya

- Copyright © 2013 Spirit and Confidence - Shingeki No Kyojin - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -