Menghitung hari,
Detik demi detik telah berlalu.
Telah bertahun-tahun ku disini,
Terbaring lemah tak berdaya.
Pasrah menunggu sang Malaikat,
Mencabut nyawaku.
Tuk berdiri saja tak mampu,
Hidup segan mati tak mau,
Ku kini bagaikan mayat hidup,
Punya mata tapi tak bisa melihat,
Punya telinga tapi tak bisa mendengar,
Punya kaki tapi lumpuh,
Punya mulut tapi seakan tertutup,
dan tak bisa dibuka,
Hanya tuk mencicipi sebiji kurma.
Hanya tulang dan kulit yang menempel ini
ditambah nyawaku yang berdosa ini
Yang tersisa dariku
Sudah berhari-hari,berbulan-bulan,
bahkan mungkin sudah lama.
Ku tak merasakan apapun.
Hanya kehampaan dan kesendirian.
Sebatang kara ku mengarungi hidup.
Hidup lumpuh dan terbaring lemah.
Di atas tumpukkan jerami ini.
Ku sudah tersiksa hidup seperti ini,
Tak bisa berbuat apa yang kuingin.
Ku tak tahu apa yang Engkau Inginkan,
Kini ku pasrah menerima keadaan ini.
Menunggu Kematian.
Menunggu ajal menjemputku.
Agar jiwaku bisa terbang bersama para malaikat.
Menuju Surga.
puisinya penuh penghayatan sekali...
BalasHapus